Ingin mendapatkan artikel jurnal kedokteran? Silahkan buka facebook kami untuk hasil penerjemahan kami dari jurnal-jurnal kedokteran.
Hubungi kami untuk detail mengenai jasa penerjemahan kami...
Cheers
dr. Rany Octaria, SKed
Thursday, 23 August 2012
Tuesday, 21 August 2012
Efek akupuntur elektrik pada endotelin-1 turunan endotelium dan sintase nitrit oksida endotelial pada tikus dengan hipertensi pulmonal akibat hipoksia berat
Peng
Pan, Xueyong Zhang, Hua Qian, Weidong Shi, Juan Wang, Yolong Bo, dan Wenzhi Li.
Abstrak
Hipertensi
pulmonal (HP) ditandai
dengan meningkatnya tekanan arteri pulmonal (Pulmonary arterial pressure- PAP),
remodeling pembuluh darah pulmonal
dan hipertrofi ventrikel kanan, yang disebabkan karena disfungsi endotel. Akupuntur
elektrik telah menunjukkan efek manfaatnya pada homeostasis karidovaskular, tetapi
sedikit bukti yang ada mengenai efek pada pulmonal. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mencari tahu apakah akupuntur
elektrik pada titik kandung kemih-13 dan
-15 dapat memberikan proteksi terhadap hipoksia kronik yang menginduksi terjadinya HP, dengan mengatur
endotelin (ET)-1 turunan endotelium dan sintase nitrit oksida endotelial
(eNOS). Tikus wistar jantan diberikan
paparan hipoksia untuk menginduksi HP. Analisis
hemodinamik menjelaskan bahwa rerata PAP
tikus tersebut sama dalam kondisi normoksik. Hipoksia kronik
meningkatkan rerata PAP menjadi 37±3 mmHg, dan akupuntur elektrik menurunkan
tekanan menjadi 29±3 mmHg. Berat absolut ventrikel kiri diperbaiki oleh
akupuntur elektrik 0,288±0,048 g menjadi
0,228±0,029 g dalam kondisi hipoksik. Indeks hipoksia yang
menginduksi hipertrofi ventrikel kiri menurun
0,477±0,069 menjadi 0,378±0,053 dengan terapi akupuntur elektrik.
Pemeriksaan histologi mengungkapkan bahwa pada tikus yang hipoksia terdapat peningkatan ketebalan serta muskularisai
dinding ateri pulmonal medial. Walaupun
begitu, perubahan yang terjadi karena hipoksia kronik ini menurun dengan diberikannya akupuntur
listrik. Tidak terdapat perbedaan pada eNOS atau ET-1 diantara dua kelompok
yang berada dalam kondisi nomoksik. Terapi akupuntur elektrik secara signifikan
meningkatkan sirkulasi konsentrasi eNOS (365,36±31,51 pg/mL) dibandingkan
dengan hanya paparan terhadap hipoksia (247.60±30.64 pg/mL). Pada homogenasi
paru, tingkat eNOS pada hipoksia meningkat
684.96±117.90 menjadi 869.86±197.61 pg/mg dengan terapi akupuntur
elektrik. Tingkat ET-1 berubah berkebalikan
eNOS sebagai respon akupuntur
elektrik (ET-1 dalam plasma, 29.44±2.09 versus 20.70±2.37 pg/mL; ET-1 dalam
homogenasi paru, 120.51±3.03 versus 110.60±4.04 pg/mg). Dapat disimpulkan,
hasil ini mengindikasikan bahwa terapi dengan akupuntur elektrik dapat
memberikan proteksi terhadap HP yang diinduksi hipoksia melalui pengaturan
keseimbangan vaskonstriktor dan
vasodilator turunan endotelium.
Kata kunci :
hipoksia, hipertensi pulmonal, akupuntur elektrik, sintase nitrit oksida
endotelial, endotelin-1.
Pendahuluan
Hipertensi
pulmonal (HP) merupakan komplikasi fatal
penyakit paru kronik dan gagal jantung. Keadaan tersebut ditandai oleh peningkatan tekanan arteri pulmonal (PAP), remodeling pembuluh darah pulmonal dan
hipertrofi ventrikel kanan. Walaupun patogenesisnya belum dimengerti secara penuh, disfungsi
endotel telah dianggap mempunyai peranan penting pada HP yang terjadi pada kondisi
hipoksik. Disfungsi endotel
tidak
hanya menyebabkan konstriksi pembuluh darah pulmonal yang berlebihan, tetapi
juga menyebabkan disorganisasi proliferasi sel otot polos arteri pulmonal dan
ekstensi distal menjadi arteri pulmonal kecil tanpa otot dengan keseimbangan
fisiologi antara vasodilator dan vasokonstriktor yang lebih bergeser menjadi vasokonstriktor.
Semakin banyak bukti yang mendemonstrasikan bahwa memperbaiki disfungsi endotel
dan/atau memulihkan keseimbangan yang terganggu
mediator turunan endotelium mempunyai efek bermanfaat pada HP.
Terapi
akupuntur telah menjadi terapi pelengkap serta
pengobatan alternatif konvensional dalam praktik klinik karena keamanannya serta sedikitnya efek samping terapi tersebut. Beberapa bukti mengungkapkan peran kuratif akupuntur pada homeostasis kardiovaskular,
terutama jika dikombinasikan dengan teknik elektrik modern. Mekanisme yang
mendasari tonus vaskuler yang diatur oleh akupuntur
belum sepenuhnya dimengerti. Walaupun begitu, efeknya dalam mengurangi aktivasi
sistem saraf simpatis, inhibisi produksi sitokin proinflamasi dan pengaturan
homeostasis endotelium telah diperhitungkan. Pengaturan homeostasis mediator-mediator turunan endotelium dianggap
memiliki peran kunci pada efek terapi.
Pada
penelitian ini, kami akan
menyelediki efek terapi akupuntur elektrik pada HP akibat hipoksia. Selain itu,
untuk mendapatkan pengertian yang lebih mengenai mekanisme yang mendasarinya,
kami menyelidiki apakah efek yang ada berhubungan dengan keseimbangan antara
endotelin (ET)-1 turunan endotelium dan sintase nitrit oksida endotelial
(eNOS).
Materi dan metode
Kelompok eksperimen dan
model binatang
Semua
protokol eksperimen dan perlakuan
terhadap hewan telah sesuai dengan pedoman untuk perlakuan dan penggunaan
binatang Departemen kesehatan Republik
rakyat Cina (dokumentasi nomor 19890503) dan peraturan manajemen binatang
Universitas medis Harbin (Cina). Empat puluh tikus Wistar (220-240 g) diikutsertakan
dalam percobaan dan secara acak dibagi menjadi empat kelompok ( n=10) :
kelompok normoksik (Kelompok N), kelompok normoksik dengan terapi akupuntur
elektrik (kelompok N-EA), kelompok hipoksik (kelompok H) dan kelompok hipoksik
dengan terapi akupuntur elektrik (kelompok H-EA). Tikus-tikus ini kemudian dipaparkan
pada keadaan hipoksia (9-11%) untuk mengembangkan HP secara progresif
berdasarkan kepada metode yang dipublikasikan oleh Zhu et al. Singkatnya,
tikus-tikus tersebut dibesarkan dalam bilik normobarik dan hipoksik (150 cm x
70 cm x 60 cm) selama 21 hari untuk menginduksi HP. Konsentrasi oksigen pada
bilik dipertahankan pada 9-11% dengan mengatur tingkat pemasukan nitrogen dan juga
dilakukan pengukuran harian
(DATEX AS/3, Datex, Finland). Karbon dioksida dihilangkan dengan butiran soda
kapur dan sisa-sisanya dikeluarkan melalui lubang-lubang yang ada pada bilik.
Kelembapan yang berlebih dan amonia dicegah dengan kalsium klorida anhidrosa
dan asam borat. Bilik dibuka selama 1 jam per hari untuk membersihkan
kandang, menambah makanan dan air dan melangsungkan terapi akupuntur elektrik.
Tikus chow dan air tersedia ad libitum.
Terapi akupuntur
elektrik
Stimulasi
akupuntur elektrik disediakan pada dua pasang titik acu, kandung kemih-13
(BL-13) dan kandung kemih-15 (BL-15), sesuai dengan teori medis tradisional
Cina dan kaidah pemilihan titik acu terdekat. BL-13 dan BL-15 berlokasi di
paravertebral, berjarak masing-masing 1
cm horizontal vertebra thorakal tiga dan
lima. Jarum hwato (diameter 0,25 mm; panjang 30 mm; Perusahaan Peralatan Medis
Suzhou, Suzhou, Cina) ditusukkan pada keempat titik acu dengan kedalaman
sekitar 6 mm tegak lurus, dan stimulasi elektrik diberikan melalui jarum dengan
alat terapi akupuntur elektrik (Great wall KWD-808, Hangzhou, China). Gelombang
penghalusan output dipertahankan pada
1 V dengan frekuensi 5 Hz. Tikus-tikus
pada kelompok N-EA dan H-EA menerima terapi akupuntur listrik harian hari ke 10 hingga hari ke 14 serta hari ke 17 hingga hari ke 21 selama periode
30 menit dalam kondisi normoksik. Waktu untuk hipoksia dan terapi diingatkan
oleh kalender elektrik. Ahli akupuntur terdaftar tidak mengatahui (blind) kelompok yang mana yang sedang dilberikan terapi.
Pengukuran hemodinamik
Setelah
21 hari paparan terhadap keadaan hipoksik, tikus-tikus tersebut menerima 60
mg/kg sodium pentobarbital secara intraperitoneal. Setelah trakeostomi
dilakukan, paru diventilasi secara mekanik (NatureGene Corp., Harvard 683,
South Natick, MA, USA) dengan temperatur ruangan pada 60 kali/menit. Tekanan
arteri rerata (Mean Arterial Pressure - MAP)
diukur menggunakan kateter pada arteri femoral kiri dan denyut jantung (Heart Rate-
HR) dikalkulasikan dengan elektrokardiograf. Kateter
yang disambungkan pada transduser tekanan dimasukkan kedalam arteri pulmonar
utama melalui alur aliran ventrikel kanan setelah torakotomi midsternal, dan rerata
PAP secara kontinu dicatat (Powerlab/16SP, perangkat AD, Castle Hill, NSW,
Australia) pada tikus yang teranastesi selama pencatatan 2 menit.
Persiapan jaringan dan analisis hipertrofi ventrikel
kanan
Setelah
dilakukan pengukuran
hemodinamik, sampel darah diambil
ventrikel kiri (Left ventricle- LV)
dan disentrifugasi pada 2000g selama 15 menit. Plasma disimpan pada suhu -80
untuk pengukuran berikutnya. Paru dan jantung
dipanen secara en bloc. Potongan paru
transversal paru kiri ditanam pada
parafin untuk pemeriksaan morfologi, sisanya disimpan pada suhu -80
. Jantung diangkat melalui pembedahan atria, aorta dan batang paru. Ventrikel kanan
(Right
ventricle- RV) dipisahkan LV dan septum ventrikel (S). RV dan LV juga S
ditimbang secara terpisah untuk menentukan berat absolut RV dan rasio RV ke LV
+ S (RV/(LV + S)).
Pengukuran morfologikal
paru
Jaringan
paru yang ditanam di parafin dipotong menjadi 3mm yang diwarnai dengan pewarnaan elastis, serta dengan imunohistokimia menggunakan anti-α-smooth muscle actin.
Hipertrofi pembuluh darah pulmonal dinilai
presentase ketebalan dinding medial (%MT) pembuluh darah pulmonal, yang dinyatakan
dengan hasil
ketebalan dinding medial dibagi oleh diameter pembuluh darah. %MT
dikalkulasikan sebanyak setidaknya 10 arteri pulmonal pada setiap tikus.
Muskularisasi
otot arteri pulmonalis,
yang diestimasikan melalui imunohistokimia dengan anti-α-smooth muscle actin (Abcam, Cambridge, MA, USA), ditentukan
oleh rasio pembuluh darah di setiap kategori ke jumlah nomor yang terhitung.
muskularisasi dibagi menjadi tiga katergori seperti yang dideskripsikan
sebelumnya :tidak termuskularisasi, termuskularisasi
parsial, dan termuskularisasi
sepenuhnya.
Semua
analisis morfologi dilakukan oleh dua pengamat independen yang tidak mengetahui
(blind) desain eksperimen. Perbedaan
pengukuran oleh pengamat dalam sekitar 5 %.
Uji untuk ET-1 dan
level eNOS
eNOS
turunan endotelium dan ET-1 plasma dan
homogenasi paru diukur dengan uji assay
imunoabsorban
yang terikan enzim (ELISA) yang disusun berlapis seperti
yang dideskripsikan
pada kotak penjualannya
(Sistem R&D, Minneapolis, MN, USA).
Immunoblotting
protein
ET-1
Homogenasi paru
disuspensikan dalam buffer lisis
RIPA, termasuk juga campuran inhibitor
protease (Roche, Sussex Barat, UK) dan dilakukan sentrifugasi pada 8000 g
selama 5 menit. Kemudian, supernatan akan dimuat (50 mg) dan dipisahkan pada
12% gel sodium dodesil sulfat-poliakrilamida diikuti oleh protein blotting ke dalam membran poliviniliden
diflorida (Laboratorium Bio-Rad, Hercules, CA, USA). Setelah menghalangi ikatan
non spesifik dengan susu kering tanpa lemak selama empat jam dalam suhu
ruangan, membran-membran tersebut diinkubasi dengan antibodi monoklonal ET-1
tikus (dilusi, 1:300; Bioteknologi Santa Cruz, Heidelberg, Jerman) selama dua
jam pada suhu ruangan, kemudian diinkubasi dengan antibodi anti-tikus sekunder
yang terkonjungasi dengan peroksida horseradish selama satu jam. Protein
kemudian divisualisasikan oleh chemiluminescence. Semua gel diulang
hingga menjadi kuadriplet. Level protein
yang diukur dinormalkan kembali ke level aktin.
Analisis statistik
Nilai-nilai
ditunjukkan sebagai reratas±SD. Analisis statistik data dilakukan dengan
analisis satu arah varians (ANOVA) kemudian diikuti dengan analisis perbedaan
signifikan paling sedikit (Least Significant Difference- LSD)
atau ANOVA dua arah menggunakan kelompok dan terapi sebagai faktor independen.
Nilai P<0,05 dinyatakan signifikan secara statistik.
Hasil
Analisis hemodinamik
paru dan sistemik
Tidak
ada perbedaan pada data hemodinamik sistemik pada kedua kelompok. MAP kelompok
tersebut tidak menunjukkan
perbedaan ( kelompok N, 119±7 mmHg; kelompok
N-EA, 114±8 mmHg; kelompok H, 115±10 mmHg; dan kelompok H-EA, 107±12 mmHg;
p>0,05). Walaupun akupuntur elektrik tidak memberi pengaruh pada HR,
hipoksia kronik meningkatkan HR 392±2
kali/menit hingga 402±2 kali/menit (p<0,05).
Rerata
PAP tikus pada kondisi hipoksik adalah
37±3 mmHg, hampir dua kali lebih tinggi pada tikus yang berada dalam kondisi normoksis
(kelompok N, 16±2 mmHg; kelompok N-EA, 17±3 mmHg, p<0,05). Kontrasnya,
terapi akupuntur elektrik menghasilkan penurunan pada rerata PAP kelompok H-EA (29±3 mmHg, p<0,05).
Analisis hipertrofi ventrikel
kanan
Tidak
ada perbedaan signifikan pada berat absolut RV dan RV/(LV+S) tikus dalam kondisi normoksik (berat absolut
RV: kelompok N, 0,181±0,033 g vs kelompok N-EA, 0,152±0,023 g; RV/(LV+S):
kelompok N, 0,259±0,044 vs kelompok N-EA, 0,231±0,045; p>0,05). Hipoksia
menghasilkan berat absolut RV yang lebih besar dan RV/(LV+S) pada normoksia,
dan akupuntur elektrik menipiskan perbedaan tersebut yang terjadi karena
induksi paparan hipoksia (berat absolut RV: 0,288±0,048 g vs 0,228±0,029 g;
RV(LV+S) : 0,477±0,069 vs 0,378±0,053; p<0,05).
Analisis morfometrik
Distribusi
arteri yang termuskularisasi secara dramatis meningkat dalam paparan hipoksik.
Presentase arteri yang termuskularisasi
secara signifikan meningkat pada kelompok H pada pada kelompok H-EA
(p<0,05). Seperti yang ditunjukkan oleh bagan 2D, dinding medial pembuluh darah pulmonal juga menebal karena
hipoksia kronik. Walaupun begitu, ketebalan dinding medial lebih rendah pada
kelompok H-EA pada kelompok H (p<0,05).
Level eNOS plasma dan
homogenasi paru
Bagan
3 menunjukkan level eNOS pada sirkulasi dan pada homogenasi paru. Tidak ada perbedaan signifikan yang
didapatkan diantara keempat kelompok pada kadar dasar level plasma eNOS atau
homogenasi paru (p>0,05). Setelah 21 hari paparan pada keadaan hipoksik, level-level
ini menurun dua kali lebih rendah pada dibawah kondisi normoksis (p<0,05).
Tetapi, akupuntur elektrik mengurangi level penurunan pada kelompok H.
Ekspresi protein ET-1
dan levelnya dalam plasma dan homogenasi paru
Ekspresi
ET-1 pulmonal sejajar antara kelompok N dan kelompok N-EA. Ekspresinya
ditingkatkan oleh paparan hipoksik, dan hal ini diperbaiki dengan terapi
akupuntur elektrik. Konsentrasi ET-1 yang berada dalam sirkulasi sangatlah
rendah dalam level basal tetapi meningkat selama paparan hipoksia kronik.
Setelah terapi akupuntur elektrik berulang, konsentrasi yang lebih rendah ET-1 ditemukan pada kelompok H-EA
dibandingkan dengan kelompok H (H, 29,44±2,09 pg/mL vs H-EA, 20,70±2,37 pg/mL,
p<0,05).
Konsentrasi
ET-1 dalam homogenasi paru adalah 103,80±3,06 pg/mg pada kelompok N dan
102,68±6,42 pg/mg pada kelompok N-EA, tanpa adanya perbedaan statistik
(p>0,05). Hipoksia kronik meningkatkan level ET-1 (120,51±3,03 pg/mg),
tetapi efek hipoksia dikurangi oleh
akupuntur elektrik 110,60±4,04 pg/mg.
Diskusi
Temuan
utama penelitian ini adalah akupuntur
elektrik menurunkan konsekuensi tertentu yang
disebabkan oleh HP, termasuk meningkatnya PAP, remodeling pembuluh darah pulmonalis dan hipertrofi ventrikel
kanan. Selain itu, data persiapan menyarankan bahwa akupuntur alektrik dapat
mendesak efek manfaatnya dengan mengatur keseimbangan eNOS turunan endotelium dan ET-1.
Telah
diketahui bahwa peningkatan PAP, remodeling
pembuluh darah pulmonal dan hipertrofi ventrikel kanan merupakan
karakteristik HP. Pada penelitian kami, rerata
PAP tikus yang dipaparkan pada keadaan
hipoksia hampir dua kali lipat dibandingkan dengan paparan pada keadaan
normoksik. Indeks hipertrofi ventrikel kanan, yang menggambarkan rasio RV ke LV ditambah septum, juga meningkat signifikan. Hal yang sama juga
pada muskularisasi arteri pulmonal, juga dengan persentase ketebalan dinding medial, yang merupakan indikasi remodeling
pembuluh darah pulmnoal. Karakteristik yang diketahui HP terinduksi oleh hipoksia kronik semuanya
dipelajari pada penelitian ini. oleh karena itu, model yang digunakan pada
penelitian kami cocok untuk mengevaluasi efek
akupuntur elektrik pada HP terinduksi hipoksia.
Akupuntur
elektrik merupakan salah satu teknik
akupuntur dalam praktik medis tradisional Cina. Metode ini memiliki efek
bermanfaat dalam menangani
berbagai macam penyakit, seperti adiksi, manajemen nyeri dan penyakit
kardiovaskular. Walaupun begitu, penelitian sebelumnya hanya berfokus pada
efek akupuntur elektrik pada homeostasis
kardiovaskular atau hipertensi sistemik. Hanya terdapat sedikit penelitian pada
efeknya pada paru, dan sejauh pengetahuan kami,
tidak ada penelitian yang berfokus pada HP.
Kumpulan bukti menunjukkan
bahwa nitrit oksida (NO) merupakan salah satu molekul sinyal yang penting dalam
sistem meridian, terutama pada akupuntur elektrik. Penelitian-penelitian
terbaru juga mengindikasikan bahwa ET-1 mungkin terlibat dalam mekanisme yang
mendasari akupuntur elektrik. Pada saat
yang bersamaan, terdapat keseimbangan antara vasodilator turunan endotelium dan
vasokonstriktor; hal ini menunjukkan, NO dilawan oleh ET-1 turunan endotelium
dalam sistem pembuluh darah vaskular. Oleh karena itu, kedua mediator diukur
secara bersamaaan dalam penelitian kami. Teori meridian, yang merupakan bagian
penting sistem terapi medis tradisonal
Cina, menuntun diagnosis dan terapi dalam
sisi medis tradisional Cina dalam berbagai hal, terutama yang berhubungan
dengan akupuntur. Berdasarkan teori medis tradisional Cina, bersama dengan
prinsip memilih titik acu terdekat, BL-13 dan BL-15 dipilih pada penelitian
kami. NO yang diturunkan endotelium
merupakan vasodilator poten dan inhibitor
proliferasi sel otot polos pembuluh darah, yang penting untuk menjaga
homeostasis tonus pembuluh darah paru. Demikian halnya, peneliti mengungkapkan
bahwa kadar eNOS menurun pada jaringan paru dengan HP. Tikus dengan defisiensi
eNOS menunjukkan bentuk HP yang
ringan. Oleh karena itu, menurunnya produksi eNOs turunan NO menyebabkan HP dan
mempercepat progresi patofisiologinya. Penelitian ini mendukung hasil kami
bahwa kadar basal eNOS menurun pada tikus yang terekspos oleh keadaan hipoksia.
Temuan kami mengindikasikan bahwa
akupuntur elektrik mengatur penurunan kadar
eNOS. Stimulasi akupuntur dapat menurunkan aktivasi sistem saraf
simpatis melalui sistem kolinergis. Huang et al. melaporkan bahwa akupuntur
elektrik dapat memodulasi sistem NOS pada sistem saraf pusat pada keadaan
hipertensi yang terinduksi stress. Pada hipertensi secara spontan pada
tikus, Kim et al. juga menemukan hasil
yang sama. Penjaruman titik akupuntur
juga dapat mempengaruhi aferen otot,
yang mempunyai efek stimulasi pada pelepasan NO lokal. Data kami sesuai dengan temuan diatas
bahwa akupuntur elektrik
melemahkan penurunan kadar eNOS. Walaupun begitu, kami tidak mengevaluasi yang
mana yang lebih terpengaruh antara efek sentral atau aksi perifer yang ditimbulkan stimulasi
elektrik. Kami juga tidak mengevaluasi waktu lamanya terjadi kolerasi antara
kadar eNOS, perkembangan HP dan akupuntur elektrik. Tetapi, hasil kami dengan jelas
mendemonstrasikan bahwa akupuntur elektrik pada BL-13 dan BL-15 berfungsi
sebagai pengatur penurunan kadar eNOS dan memproteksi terhadap HP yang
diinduksi keadaan hipoksia.
ET-1, yaitu senyawa yang memiliki aktivitas
vasokonstriktor poten dan efek mitogenik,
secara luas didistribusikan pada endotelium paru. Telah banyak bukti telah
mengungkapan ekspresi
ET-1
yang tinggi dan pelepasan dan
disfungsi endotel karena hipoksia. Pada penelitian ini, kadar ET-1 yang bersirkulasi dalam kondisi hipoksia
meningkat signifikan dibandingkan
dalam keadaan normoksik, yang cocok dengan laporan
sebelumnya. ketika peningkatan ET-1 terbatasi selama hipoksia kronik, seperti
yang diobservasi dengan terapi akupuntur elektrik pada penelitian ini,
peningkatan rerata PAP, remodeling
pembuluh darah pulmonal dan hipertrofi ventrikel kanan semuanya secara
signifikan diperbaiki.
Observasi
ini mendukung peranan penting ET-1 dalam perkembangan HP, dan bersama-sama dengan bukti
sebelumnya, peneliti mengusulkan bahwa kelebihan akupuntur untuk mengatur tonus vaskular berhubungan dengan ET-1. Paru
juga merupakan situs utama untuk produksi ET-1, sehingga kita dapat juga
mengukur kadar ET-1 dalam homogenasi paru. Dibandingkan dengan tikus yang tidak
diterapi dalam kondisi hipoksik, kadarnya berkurang pada tikus yang diterapi
dengan akupuntur elektrik. Hipoksia kronik menstimulasi produksi ET-1 berlebih
dan peningkatan ET-1 yang persisten
berkontribusi pada remodeling
pembuluh darah paru. Dalam analisis morfologi, penelitian kami mendemonstrasikan
bahwa peningkatan ketebalan dinding medial dan muskularisasi pembuluh darah
dikurangi oleh akupuntur elektrik, keadaan ini
juga didukung secara kuantitas. Perubahan morfologis juga diikuti oleh imunoblotting protein ET-1. Observasi
ini mengusulkan bahwa penurunan regulasi meningkatkan kontribusi ET-1 untuk
peningkatan HP yang terinduksi hipoksia melalui akupuntur elektrik.
Akupuntur
telah digunakan untuk terapi di Cina selama puluhan tahun, dan diklaim
kegunaannya dalam pengobatan komplemeter karena keamanannya dan penerimaannya
yang luas. Efektivitas akupuntur dan akupuntur elektik pada tonus pembuluh
darah sudah diteliti pada hewan percobaan, begitu pula pada praktik klinik.
Pada penelitian ini, perlu dicatat bahwa
akupuntur elektrik menurunkan tekanan arteri pulmonal pada keadaan hipertensi
pulmonal disebabkan hipoksia kronik pada tikus tetapi tidak mempengaruhi MAP
pada tikus dalam keadaan normoksik.
Keterbatasan penelitian observasional kami adalah kami mengukur
keseimbangan antara vasokonstriktor dan vasodilator untuk meneliti mekanisme
akupuntur elektrik tanpa memperhitungkan jalur proliferatif/apotosis. Kadar
ET-1 dan eNOS mungkin tidak dapat sepenuhnya menjelaskan mekanisme yang
mendasari. Walaupun begitu,
hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa akupuntur elektrik merupakan metode
alternatif yang menarik dalam meregulasi homeostasis mediator turunan
endotelium.
Sebagai
kesimpulannya, penelitian ini mengungkapkan bahwa terapi akupuntur elektrik
dapat menjadi alat proteksi terhadap HP terinduksi hipoksia. Akupuntur elektrik
juga menurunkan bermacam-macam konsekuensi yang diketahui pada HP di tikus
dewasa yang mengalami hipoksia
kronik, termasuk peningkatan rerata PAP, hipertrofi ventrikel kanan dan remodeling pembuluh darah pulmonal. Kami
juga menemukan bahwa jika dibandingkan dengan tikus yang berada dalam kondisi
hipoksia, akupuntur elektrik memperkuat penurunan kadar eNOS dan secara bersamaan melemahkan peningkatan kadar ET-1.
Hasil kami mungkin memberikan pengertian yang lebih baik mengenai teori
meridian dan metode alternatif atau komplementer ketika berdiskusi mengenai
strategi terapi pada HP karena hipoksia kronik.
Penelitian tambahan juga disarankan untuk meneliti apakah akupuntur
elektrik dapat menurunkan keparahan dan/atau membalikkan progresi penyakit
ketika HP ditetapkan, yang mana merupakan relevansi klinis utama akan paradigma
terapi baru.
Kontribusi penulis : PP
dan XZ (co-penulis utama), HQ, WS, JW, YB, dan WL (penulis lainnya) menyusun
dan mendesain penelitian, mengumpulkan data, menganalisis data, melakukan
analisis statistik, mengatur keuangan dan mensupervisi, menyusun naksah dan
membuat revisi kritis naskah untuk
kepentingan intelektual. Semua penulis telah membaca dan menyetujui pengajuan
naskah kepadan badan Eksperimen Biologi dan Medik. PP dan XZ berkontribusi yang
sama dalam pekerjaan ini.
Bantuan keuangan : keuangan
dibantu oleh Major Basic Research Project of the Second Affiliated Hospital of
Harbin Medical University, Harbin, China (ZD2008-02) dan Departemen ilmu &
teknologi Heilongjiang, Heilongjiang,
China.
Konflik kepentingan
: tidak
ada konflik kepentingan pada penelitian ini.
Subscribe to:
Posts (Atom)